Thursday, December 31, 2009

Saya Tidak Cukup Hanya Satu

Yang namanya manusia memang tidak pernah mengenal kata cukup... dalam hal apapun. Mungkin termasuk saya, sebagai manusia biasa saya selalu berusaha menikmati tiap kesempatan yang ada meskipun dalam kesempitan :)

Disini sebenarnya saya hanya ingin menulis tentang isi hati saat menggunakan sistim operasi linux yang penah saya coba. Saat pertama kali saya mengenal linux saya menggunakan Mandrake, saya ingat bagaimana sulitnya saya melakukan instal pertama di kompi saya.. apalagi saat itu saya menggunakan komputer lawas dengan prosesor intel pentium 133.

Butuh waktu berulang-ulang dan semalaman hanya untuk mencoba menginstal dikomputer saya bahkan butuh berhari-hari. Finally... akhirnya... Mandrake berhasil diinstal, full install... weeleh beratnya minta ampun karena menggunakan wm kelas kakap macam Gnome dan KDE hehehe. Oprek sana sini, googling sana sini akhirnya ketemu... pake wm yang ringan, saya putuskan pakai blackbox yang super ringan tanpa dilengkapi sofware office bawaan Open Office (saya hanya bisa menggunakan program spreedsheet ringan bawaan Gnome 'Gnumeric).


Setelah terbiasa menggunakan Linux saya mencoba menggunakan linux yang lain salah satunya Redhat tapi karena merasa tidak nyaman menggunakan 'si topi miring' terpaksa kembali ke Mandrake. Masih penasaran pake linux, kemudian saya mencoba Debian yang saat itu masih versi 3.0.

Bosan pake Debian dan tidak puas karena ada beberapa aplikasi yang saya cari tidak saya temukan di Debian terpaksa kembali lagi ke Mandrake. Selama beberapa lama saya tetap pake Mandrake dan kadang bergantian dengan Debian sampai akhirnya direlease Mandrake terbaru dengan nama yang berbeda 'Mandriva' yang masih saya gunakan saat ini.

Nah.. pada suatu hari saya mendengar idiom 'if you wanna learn Redhat try Redhat but if You wanna learn Linux try Slackware'... penasaran... kenapa sih ?.. ada apa sih dengan Slackware ? Slackware apa sih ? karena ramai di forum-forum katanya varian Linux yang satu ini katanya varian paling sulit apalagi buat newbee.

Nah coba-coba pake Slack, ternyata instalasi dan penggunaannya tidak terlalu sulit. Mungkin yang mengesankan sulit karena sebagian besar konfigurasinya masih menggunakan modus teks hal inilah yang membuat Slack terkesan sulit bagi pemula tapi sebenarnya hal ini bukanlah masalah bila kita rajin googling karena tips dan trik penggunaan Slackware sudah banyak beredar di internet dari komunitas pengguna Slackware.

Setelah beberapa bulan menggunakan Slack akhirnya saya putuskan kembali ke Mandriva karena beberapa aplikasi pemrograman yang notabene bawaaan gnome (yang sudah tidak disupport oleh slack) tidak bisa saya gunakan disini.

Semua varian Linux diatas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, bila dengan Mandriva kita disuguhkan dengan tampilan dan tool konfigurasi GUI yang menarik maka bagi Linuxer yang terbiasa modus teks tentu merasa tidak menyenangkan menggunakan.

Debian juga cukup menarik apalagi Linux yang satu ini memiliki security yang cukup baik tapi sayang karena Debian sepenuhnya dikembangkan oleh komunitas maka jadwal rilis-nyapun tidak teratur kadang bisa lama sekali untuk mengeluarkan versi terbarunya.

Untuk Slack, merupakan varian Linux tertua dan pertama serta masih memegang teguh 'prinsip-prinsip' lama sistim operasi unix... ya salah satunya adalah konfigurasi yang tekstual hingga terkesan sulit bagi pemula tapi system Slackware memiliki stabilitas yang
tinggi maka tidak heran server yang menggunakan Slackware mampu bertahan 'running' selama 2 minggu tanpa perlu direstart.

Dan menjelang tahun baru ini, sepertinya saya akan mencoba varian unix yang lain selain Linux yaitu BSD beserta turunannya. Ini bisa menjadi resolusi yang baik menjelang pergantian tahun ini... Happy New Year 2010...

1 comment:

yudhis sundang said...

Saya lebih suka menngunakan Ubuntu ...
tampilannya lebih simple dan mudah dimengerti :)

tulisan yg menarik sobat ...
keep the spirit