Indonesia harus tegas dalam menentukan sikapnya dan pemerintah juga harus terbuka kepada masyarakat tentang hasil konferensi dan sikap Indonesia terhadap Israel di konferensi Annapolis.
Berikut petikan berita dari republika online :
Tentang apakah Indonesia percaya AS akan bisa menjadi 'wasit' yang adil dalam memonitor pelaksanaan pelaksanaan jalan menuju solusi konflik yang nantinya akan dilakukan Israel dan Palestina, Menlu tidak menjawab secara tegas dan mengatakan, "Mudahan-mudahan bisa begitu."
"Mereka (AS, red) menjanjikan seperti itu. Sebab pada akhirnya memang Amerika yang sekarang mensponsori proses damai, menyadari bahwa hanya dengan Amerika yang menjadi wasit yang netral, tidak memihak, proses damai bisa produktif," kata Hassan.
Indonesia sendiri dalam menyumbang terhadap upaya menyelesaikan konflik Israel-Palestina akan mengedepankan aspek peningkatan kapasitas, terutama bagi Palestina.
Pada konferensi hari Selasa, ungkap Menlu, dirinya menyampaikan kepada forum tentang rencana Indonesia yang bersama-sama dengan Afrika Selatan akan mengadakan konferensi tingkat menteri melalui Asia-Africa Strategic Partnership untuk membahas bantuan peningkatkan kemampuan bagi Palestina.
"Ada apresiasi yang baik dari banyak negara... Indonesia dianggap mempunyai peranan penting dan dapat memberikan sumbangan bagi proses damai... Kita menggerakkan negara-negara Asia Afrika untuk juga menjadi bagian dari kontribusi," ujarnya.
Yang sangat penting yang harus selalu dipegang teguh dan diingat pemerintah adalah bahwa Indonesia dari dulu tidak pernah mengakui negara Israel dan mendukung Palestina untuk mencapai kemerdekaanya sesuai yang diamanatkan pembukaan UUD 45.
Jangan sampai hanya sekedar mengekor kebijakan AS dan Israel tapi harus berani menyampaikan sikap tegas dan terobosan-terobosan baru untuk menyelesaikan konflik di Palestina.
No comments:
Post a Comment